Ocean Blue Flame
assalamu'alaikum wr.wb selamat datang di sepuluhbesardijagadraya.blogspot.com, kami menerima kritik dan saran anda dengan cara mengirim data dan email beserta kritik dan saran pembaca ke fitrar@yahoo.com, terima kasih wassalamu'alaikum wr.wb

Senin, 08 April 2013

Menilik bisnis pelacuran di kota Pontianak

Tinggi dan cepatnya pembangunan di Kota Pontianak dasawarsa ini juga berdampak pada tingginya angka kehidupan malam dan prostitusi di Bumi Khatulistiwa ini. Tingginya pembangunan dan pesatnya prostitusi bagaikan satu keterkaitan yang sulit dipisahkan walaupun aturan atau UU berkata lain. Namun nyatanya prostitusi tetap diatas relnya dan melaju dengan pesat mengikuti pembangunan tanpa mampu diikuti atau dihadang hukum dengan penegak hukum sebagai pelaksananya.

Saat ini kita tidak bisa menutup mata, tingginya angka prostitusi tanpa lokalisasi di Kota Pontianak , membuat para wanita penghibur berkeliaran dan bertaburan hampir merata ditempat-tenpat hiburan di Kota Pontianak, baik diskotik, hotel kelas menengah dan mewah sampai mall-mall pun dapat dengan mudah kita temui mucikari yang mangkal-mangkal di coffe house tertentu. Yang lebih ironisnya lagi, tempat hiburan masyarakat, disekitar lapangan Makorem atau Taman Alun Kapuas atau kantor Pos lama, dengan mudah ditemui PSK dengan tarif yang terbilang murah yaitu berkisar Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu. Namun untuk mendapatkan PSK yang berkelas pilihan PSK dibeberapa hotel bahkan tempat prostitusi terselubung disekitar kawasan Mall Gajah Mada juga menjadi pilihan para hidung belang berduit, yaitu dengan tarif antara Rp 150 ribu hinga Rp 12 Juta untuk kategori (maaf, Perawan).

Malah menurut mucikari yang berhasil diwawancarai wartawan LintasNews yang melakukan investigasi, terungkap nama pejabat daerah menjadi langganannya. Langganan yang dimaksud bukan langganan menggunakan PSK biasa melainkan (maaf. Beli perawan). “Wah kita juga menyediakan stok perawan, malah langganan kita bukan orang biasa, mantan pejabat seperti….,beberapa kali menjadi pelanggan kami dan membayar dengan harga sekitar Rp 15 Juta,” ceritanya santai.

Lain lagi ketika wartawan melakukan investigasi di sekitar kantor Pos lama Pontianak , ketika berada di daerah tersebut, wartawan ketika itu didekati seorang wanita yang layak disebut ibu-ibu degan badan yang (maaf. gendut sekali) dan langsung menawarkan tarif untuk kencan. “Mau mas, 40 ribu aza,” jualnya. Namun wartawan mengelak dengan alasan tidak ada uang. “Ya udah 20 ribu aza, kalau tidak pun Rp 10 ribu, mas ada berapa lah,” tantangnya berani.

Ha.ha. ha… mendengar banting harga tersebut, kamipun tersenyum dan langsung buru-buru lari, “Takut euy, ungkap wartawan yang ikut serta dalam investigasi,”.

Tidak ada komentar:

Entri Populer

Iklan Baris

tekan ( X ) untuk melanjutkan

Daftar Blog Saya