Ocean Blue Flame
assalamu'alaikum wr.wb selamat datang di sepuluhbesardijagadraya.blogspot.com, kami menerima kritik dan saran anda dengan cara mengirim data dan email beserta kritik dan saran pembaca ke fitrar@yahoo.com, terima kasih wassalamu'alaikum wr.wb

Senin, 08 April 2013

MISTERI KONSPIRASI PENYERANGAN LP CEBONGAN DALAM MENUTUPI ISU KETERLIBATAN IBAS DALAM KASUS HAMBALANG

Penyerangan Lapas Cebongan
Seperti diberitakan, gerombolan bersenjata api laras panjang, pistol, dan granat datang menyerang lapas, Sabtu (23/3/2013) dini hari. Dalam peristiwa itu, empat tersangka kasus pembunuhan anggota Kopassus, Sersan Satu Santosa, ditembak mati. Keempatnya yakni, Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, dan Yohanes Juan Manbait. Serangan pelaku dinilai sangat terencana. Mereka melakukan aksinya dalam waktu 15 menit dan membawa CCTV lapas. Pelaku diduga berasal dari kelompok bersenjata yang terlatih.
Polri: Bisa Saja Kasus Lapas Cebongan Dimanfaatkan Pihak Tertentu
Pelaku pembantaian empat tahanan di Lapas Cebongan, Sleman Yogyakarta hinga hari ini masih belum terungkap. Kabar burung pun banyak bermunculan termasuk sebuah catatan di akun Facebook dengan nama Idjon Djanbi. Sarana dunia maya merupakan wadah yang paling efektif menyebar isu konspirasi hingga membentuk opini.
Kronologi Penyerangan Lapas Sleman:
Segera setelah peristiwa penyerangan, Kepala Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta, Sukamto Harto, mengirimkan surat yang berisi kronologi kejadian kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Derah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Berikut kronologi kejadian berdasarkan surat tersebut:
Sekitar pukul 00.45 WIB, datang segerombolan orang ke Lapas. Salah seorang dari gerombolan yang berpakaian paling rapi mengetuk pintu utama Lapas sembari menunjukan surat dari Polda DIY. Atas permintaan membukakan pintu, petugas penjaga gerbang menolaknya.
Akibat penolakan itu, anggota gerombolan lain terlihat menodongkan senjata dan granat. Mereka memaksa masuk dan meminta kunci blok hunian para empat tahanan titipan dari Polda DIY. Petugas Lapas mengatakan, bahwa kunci blok hunian dipegang oleh Margo Utomo, Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas di rumah dinasnya. Salah seorang dari gerombolan meminta diantarkan ke rumah Margo sembari menodongkan senjata laras panjang.
Kemudian, Kepala Jaga Edi Prasetyo, dipaksa untuk menunjukkan ruangan kepala Lapas dan tempat penyimpanan alat rekam CCTV di lantai dua. Lagi-lagi mereka melakukan perintah para anggota gerombolan dibawah todongan senjata laras panjang. Sesampainya di ruang kepala lapas, Edi diminta tiarap.
Tak lama berselang, Margo tiba di Lapas membawa kunci kotak untuk membuka kunci blok hunian. Ia sempat menghubungi Sukamto, namun tindakannya tersebut diketahui oleh anggota gerombolan, sehingga ponsel direbut secara paksa dan kunci kotak dirampas. Kotak berisi kunci tersebut nyatanya sudah dipecahkan dan Edi diperintahkan untuk menunjukan kunci blok hunian. Para gerombolan dan sejumlah petugas Lapas menuju blok hunian. Sempat terjadi kontak fisik antara gerombolan dengan petugas Lapas.
Sesampainya di BLOK A kamar nomor 5 yang berisi 35 tahanan, petugas Lapas diminta tiarap dan sempat dipukul oleh petugas gerombolan. Dalam posisi tersebut, mereka tidak bisa menyaksikan apa yang terjadi. Mereka hanya mendengar beberapa kali letusan senjata api.
Setelah terdengar beberapa kali bunyi letusan, para gerombolan itu lari ke pintu utama dan meninggalkan Lapas. Para petugas Lapas yang tengah tiarap itu berdiri dan menyaksikan ada empat tahanan yang sudah tak bernyawa akibat luka tembakan dibagian tubuhnya.
Kesaksian seorang napi di Lapas Cebongan saat terjadinya penyerbuan
Peristiwa penyerangan dan penembakan di Lapas Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dini hari tadi hanya berlangsung singkat, sekitar lima menit. Namun bagi 35 penghuni sel A5, Anggrek 5, Kelas IIB itu, lima menit yang sangat mencekam itu bagai setahun. Dalam kondisi bingung, mereka ditodong senjata laras panjang. Belum lagi sadar apa terjadi, suara tembakan menyalak. Empat penghuni baru di sel itu roboh bersimbah darah dengan luka tembak di dada dan kepala.
Dini hari itu, ketika sebagian tahanan di sel sedang tidur, sisanya masih ngobrol-ngobrol menghabiskan malam. Tiba-tiba saja, datang sekelompok orang menggunakan cadar. Mereka menenteng senjata dan didampingi sipir lapas. Mereka berteriak agar nama-nama yang disebutkan, yakni Hendrik Angel Sahetapi alias Deki (31), Yohanes Juan Mambait (38), Gameliel Yermianto Rohi Riwu alias Adi (29), dan Adrianus Candra Galaja alias Dedi (33) mengaku. "Yang bukan nama ini minggir. Kumpul jadi satu," teriak orang-orang itu seperti ditirukan tahanan tersebut.
Dari empat nama yang disebutkan itu, dua orang mengaku. Sementara dua lainnya sempat bersembunyi. Namun, akhirnya ketahuan. Setelah 4 napi berkumpul jadi satu, orang-orang itu secara brutal menembaki mereka.  Usai menembak targetnya, para pelaku sempat merampas CCTV dan bergegas meninggalkan lapas.
Empat orang target gerombolan bersenjata ini merupakan tahanan titipan Polda DIY. Mereka baru dipindahkan pada Jumat siang dengan alasan ruang tahanan Polda akan direnovasi. Keempatnya dijadikan tersangka kasus penganiayaan yang mengakibatkan tewasnya Serka Haru Santoso, anggota Den Intel Kodam IV Diponegoro, di Hugo's Cafe, pada Selasa 19 Maret 2013 lalu.
Pelaku Penyerangan Lapas Sleman Diduga Oknum TNI
Rombongan yang berjumlah 10 hingga 15 orang tersebut melarikan diri pada pukul 01.05 WIB menggunakan dua buah mobil yang terparkir di jalan depan area lapas.
Kementerian Hukum dan HAM (Kemkum HAM) menduga, pelaku penyerangan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cebongan, Sleman, Yogyakarta adalah oknum TNI. Hal itu dikatakan oleh Wakil Menteri Hukum dan HAM (Wamenkum HAM), Denny Indrayana dalam konferensi pers di kantor Kemkum HAM, Sabtu (23/2).
Menurut informasi, empat tahanan tewas ditembak diduga adalah empat pelaku penganiaya yang menewaskan Sersan Satu Santoso yang merupakan anggota TNI AD Kesatuan Kopassus Kandang Menjangan, Kartosuro,Solo.
Pangdam: Penembak di Lapas Cebongan Orang Terlatih
Pangdam IV Diponegoro Mayor Jenderal Hardiono Saroso menegaskan pelaku penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, dengan menggunakan senjata adalah orang-orang yang tidak dikenal. Ia menjelaskan, kasus tewasnya Serka Heru Santosa tidak ada kaitannya dengan Kopassus. Serka Heru sudah menjadi anggota Den Intel Kodam IV Diponegoro dan bukan lagi anggota Kopassus ataupun Kodim Yogyakarta.
Kopassus: Tidak Ada Personel ke Luar Markas Tadi Malam
Grup 2 Kopasus Kandang Menjangan, Kartasura menyatakan tidak ada satu pun anggota Kopassus yang ke luar dari markas yang terletak di Kabupaten Kartasura, Jawa Tengah, saat terjadi aksi penembakan brutal di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta Sabtu dini hari, 23 Maret 2013. Kasi Intel Grup 2 Kopassus Kapten Infanteri Wahyu Juniartoto menjelaskan, semalam seluruh pasukan melakukan siaga di dalam kesatuan sehingga tidak ada satupun personel yang melakukan kegiatan di luar.
Polisi Tidak Serius Tangani Kasus Penembakan di Lapas Cebongan
Dalam penyelidikan kasus yang diduga melibatkan anggota TNI, Polri dinilai kurang independen. Sejak adanya kasus pembunuhan polisi mulai dari Polres hingga Polda mengalami tekanan. Dari polisi, Polda sudah mengalami tekanan makanya tidak bisa kalau penyelidikan hanya melibatkan TNI dan Polri, nanti jeruk makan jeruk.
 
Seruan Penuntasan Kasus Hambalang kian Kencang
Desakan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menuntaskan kasus Hambalang tanpa tebang pilih semakin mengerucut.
Anas akan Bongkar Keterlibatan Ibas di Proyek Hambalang
Keterlibatan Sekjen Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas di kasus dugaan korupsi proyek Hambalang siap dibongkar Anas Urbaningrum. Penyebutan nama Ibas pertama kali diketahui saat Anas mengantar Nazaruddin ke kediaman SBY di Cikeas sebelum pergi ke Singapura. Kala itu SBY disebut-sebut marah karena mengetahui Ibas menerima aliran uang proyek Hambalang.
Anas juga mengaku siap buka-bukaan mengenai nama-nama orang yang disebut Nazaruddin terlibat di sengkarut proyek Hambalang, termasuk Ibas. Meski katanya ia tentu akan mempertimbangkan terlebih dahulu mana yang penting dan tidak buat dirinya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, M. Nazaruddin pernah menyebut nama Ibas. Kata Nazaruddin, Ibas pernah menerima laporan keuangan partai.
“Selama jadi Bendahara Umum Demokrat, saya laporkan setiap bulan pada ketua umum dan sekretaris umum, Mas Ibas. Saya laporkan semuanya secara detail,” kata Nazarudin dalam kesaksiannya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (29/11).
Kesaksian Nazaruddin itu untuk menjelaskan mengenai penggunaan dana sebesar Rp2 miliar yang digunakan untuk membuat kalendar dengan wajah Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. “Saya melaporkan soal pengeluaran uang itu juga ke Mas Ibas,” ujar Nazar.
Nazaruddin dihadirkan sebagai saksi dalam sidang kasus dugaan korupsi anggaran Kementerian Pendidikan dan Kementerian Pemuda Dan Olahraga dengan terdakwa Angelina Sondakh.

MKRI: Kenapa KPK Tak Berani Panggil Ibas?

Sekjen Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI) Adhie Massardi menyerukan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) agar jangan mau diintervensi oleh istana terkait kasus dugaan Sekjen DPP Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menerima uang sebesar USD200 ribu dalam proyek Hambalang.  
 
"KPK jangan mau dirusak istana. KPK harus menjalankan prinsip hukum equality before the law," ujar Adhie usai jumpa pers di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (16/3/2013).
 
Menurutnya, demi menjaga integritas dihadapan publik, KPK harus berani dan jujur mengungkap para terduga korupsi kepada publik. "Saat ini rakyat ingin melihat keadilan. Lihat saja, semua nama yang disebut Nazarudin satu per satu dipanggil KPK, kecuali Ibas. Ada apa ini?" kata mantan juru bicara presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu.
 
Sebelumnya, Yulianis dan Nazarudin menyebut Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menerima sejumlah aliran dana dalam kasus korupsi proyek Hambalang. Bahkan tudingan bahwa Ibas menerima uang dari PT Anugrah Nusantara, milik bekas Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, semakin menguat. Berdasarkan dokumen perusahaan milik Nazaruddin yang beredar di kalangan wartawan, dari data keuangan milik Yulianis yang merupakan direktur Keuangan PT Anugrah itu tercatat Ibas menerima uang sebesar USD900 ribu atau senilai Rp8 miliar lebih, yang dibagi dalam empat tahapan.
 
Pertama, pada tanggal 29 April 2010, Ibas menerima uang dua kali. Pertama sebesar USD500 ribu, lalu yang kedua USD100 ribu. Kemudian pada tanggal 30 April 2010, Ibas kembali menerima dua kali uang dari PT Anugrah Nusantara sebesar USD 200 ribu dan USD100 ribu.

Namun, Ibas membantah tudingan Yulianis yang membeberkan pernyataan, bahwa dirinya menerima uang dari proyek Hambalang.

KPK Menemukan Aliran Dana Hambalang Mengalir ke Ibas, Ups!
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengklaim tak lamban memvalidasi data maupun keterangan sejumlah pihak terkait kasus dugaan korupsi. Temasuk memvalidasi keterangan dan data soal dugaan penerimaan duit sebesar USD 200 ribu ke Edhie Baskoro Yudhoyono. Soal dana yang diduga diterima anak penguasa negeri itu sebelumnya diungkapkan Eks Wakil Derektur Keuangan Permai Grup, Yulianis. Menurut Yulianis uang tersebut terkait kongres Partai Demokrat tahun 2010 silam.
Juru Bicara KPK, Johan Budi membantah jika pihaknya lamban memvalidasi keterangan maupun data terkait dugaan penerimaan duit ke Ibas itu. Ibas sendiri notabennya anak Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Untuk diketahui, sejumlah data dugaan penerimaan duit ke Ibas terkait proyek Wisma Atlet telah dikantongi KPK. Sebab data-data yang berkaitan dengan hal tersebut telah disita KPK dari pihak-pihak terkait, termasuk disita dari anak buah M Nazaruddin di kerajaan bisnisnya itu.
KPK pun berdalih masih membutuhkan bukti-bukti tambahan sebagai penguat. Namun, Johan tidak bisa memperinci saat disinggung mengenai bukti penguat apa yang dibutuhkan penyidik. Johan pun mengungkapkan jika pihaknya belum berencana melakukan pemanggilan terhadap Ibas. "Bukti bukti yang bisa menyimpulkan pengakuan itu bernilai benar atau tidak. Jenisnya apa saya tidak tahu," tandasnya.
Yulianis sebelumnnya menegaskan jika Ibas mendapatkan uang USD 200 ribu. Namun uang tersebut bukan dari uang proyek pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan serta Sekolah Olahraga Nasional di Bukit Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Benar, uang USD 200 ribu kepada Ibas itu terkait kongres (Partai Demokrat) di Bandung. Saya yakin," kata Yulianis kepada wartawan usai bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (14/3/2013).
Yulianis enggan membeberkan lebih lanjut apakah uang itu termasuk dalam uang yang disebut sebut untuk memenangkan Anas Urbaningrum di Kongres Partai Demokrat pada 2010. Akan tetapi, mantan anak buah Nazarudin itu juga berkeyakinan segala data yang dimilikinya berupa catatan keuangan yang dia simpan dalam komputer pribadi dan komputer jinjingnya sudah disita Komisi Pemberantasan Korupsi. "Grup Permai tidak pernah mengeluarkan uang buat mengamankan proyek Hambalang," ungkapnya.
MISTERI KONSPIRASI PENYERANGAN LP CEBONGAN DALAM MENUTUPI ISU KETERLIBATAN IBAS DALAM KASUS HAMBALANG
Pertemuan SBY dengan 7 Jenderal TNI 13 Maret 2013
Pertemuan 7 purnawirawan jenderal TNI dengan Presiden SBY di Kantor Presiden. Ketujuh purnawirawan jenderal tersebut adalah, Jendral (Purn) Luhut Panjaitan, Jenderal TNI (Purn) Subagyo HS, Jenderal TNI (Purn) Fachrul Rozi, Letnan Jenderal TNI (Purn) Agus Widjojo, Letjen TNI (Purn) Johny Josephus, Letjen TNI (Purn) Sumardi, dan Letjen (Purn) Suaidi Marasabessy.
Penyerangan Lapas Cebongan 23 Maret 2013
Mungkinkah pertemuan 13 Maret 2013 adalah pertemuan dalam menyusun rencana 23 Maret 2013 untuk menutupi isu keterlibatan IBAS dalam kasus Hambalang???
 
MISTERI SELONGSONG PELURU DI LAPAS CEBONGAN, SLEMAN

Penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta, sudah hampir dua minggu berlalu. Namun, siapa pelaku penyerang itu belum juga terungkap. Sebaliknya, desas-desus yang berkembang seolah-olah menyudutkan TNI. Padahal, jika selongsong peluru yang digunakan bisa diungkap, niscaya pelakunya akan lebih mudah diketahui.
Tubagus Hasanuddin, Wakil Ketua Komisi I DPR.
SUDAH banyak yang angkat bicara terkait penyerangan yang menewaskan empat tahanan itu. Namun, belum ada satupun yang bisa memastikan siapa sebenarnya yang tega membantai empat tahanan tanpa ampun. Kerja keras kepolisian dibantu tim investigasi TNI belum juga membuahkan hasil.
Akan tetapi, Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin meyakini ada keterlibatan aparat keamanan dalam penyerangan Lapas Cebongan. Ia yakin, hanya aparat yang bisa mengumpulkan senjata api laras panjang hingga 15 pucuk. "Kalau di luar aparat, 15 pucuk itu sulit didapat untuk di daerah Jawa, kecuali di Poso," kata Tubagus di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (2/4/2013).
Kendati begitu, jenderal purnawirawan ini juga menilai masih prematur untuk menyimpulkan dari kesatuan mana para pelaku. Karenanya, ia menyentil Panglima Kodam IV/Diponegoro Mayor Jenderal Hardiono Saroso yang terlalu dini membantah keterlibatan anggota TNI. Padahal, penyelidikan belum selesai.
Terlalu dini juga jika menyimpulkan para pelaku berasal dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) hanya karena empat korban yang tewas merupakan tersangka pembunuhan anggota Kopassus.
Politisi PDIP ini kemudian mempertanyakan sikap kepolisian yang tidak lengkap mengungkapkan jenis peluru. Kepolisian hanya menyebut amunisi yang ditemukan di tubuh para korban kaliber 7,62 mm. Padahal, ada empat macam amunisi kaliber 7,62 mm.
Pertama, kaliber 7,62 x 39 mm dipakai Brimob. Kedua, kaliber 7,62 x 45 mm dipakai kesatuan Sabhara Polri, ketiga kaliber 7,62 x 51 mm dipakai kesatuan teritorial untuk senpi serbu, dan keempat kaliber 7,62 x 61 mm untuk senpi mesin. "Senpi AK-47 memang masih dipakai TNI. Senpi bekas perang dunia aja masih ada. Kopassus, Paskhas, masih pakai untuk latihan. TNI pakai AK buatan Rusia. Kalau AK yang sekarang dipakai Brimob lebih baru lagi.”
Karena itu, Tubagus mendesak agar diungkapnya jenis selongsong peluru yang digunakan dalam penyerangan itu. Sebab, lanjut dia, dari dari selongsong peluru yang tertinggal di lokasi, dapat diketahui amunisi dipakai kesatuan mana.
"Jadi, sekarang biarkanlah dulu tim investigasi dari mana pun melalukan pekerjaannya. Jangan dituduh dari institusi mana pun pelakunya. Siapa pun pelakunya harus ditindak keras. Ini penyerangan rumah negara, penyerangan institusi negara," pungkas mantan Sekretaris Militer era Megawati itu.
Di tempat terpisah, Kementerian Hukum dan HAM berjanji segera mengumumkan hasil temuan penyelidikan insiden penyerbuan tersebut. Namun, Kemenkumham masih menolak membeberkan temuan sementara demi kelancaran proses investigasi. "Tunggu dalam waktu dekat," ujar Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Denny Indrayana, saat ditemui di acara orientasi calon pegawai negeri sipil angkatan 2012 di Kemenkumham, Selasa (2/4/2013).
Saat disinggung soal hasil temuan sementara yang disebut Denny mulai menemui titik terang itu, ia menolak. "Ya namanya proses penyelidikan itu tidak semua bisa disampaikan, karena justru menganggu proses kalau terlalu dibuka. Tunggu saja," katanya lagi.
Diberitakan, insiden kelompok bersenjata yang menyerbu penjara Cebongan, Sleman, Yogyakarta terjadi pada Sabtu dinihari, 23 Maret 2013. Sebanyak 13 orang bersenjata laras panjang dengan sebuah pistol di tangan menembak dengan brutal empat tahanan di salah satu sel.
Keempat korban yang tewas tersebut akhirnya diketahui bernama Hendrik Angel Sahetapy (Deki), Adrianus Candra Galaja (Dedi), Yohanis Juan Manbait, dan Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu. Keempatnya adalah tahanan titipan Polda Yogya dalam kasus pengeroyokan anggota Komando Pasukan Khusus, Sersan Satu Santoso, di Hugo's Cafe, Yogyakarta.
Banyak pihak yang berspekulasi penyerang tersebut adalah Kopassus. Pasalnya, ada tahanan yang meneriakkan kata Kopassus. Tapi hingga saat ini investigasi masih dilakukan. Salah satunya dilakukan uji balistik. Uji balistik masih dilakukan untuk mengetahui jenis senjata yang digunakan. Kesimpulan sementara, pelaku bisa orang sipil, tentara, atau polisi. Satu hal yang pasti, kata Markas Besar Polisi RI, para pelaku disebut memiliki akses ke gudang senjata.
 

Tidak ada komentar:

Entri Populer

Iklan Baris

tekan ( X ) untuk melanjutkan

Daftar Blog Saya